Laman

Jumat, 25 Desember 2009

Di Balik Kelahiran YESUS

Tulisan ini diperuntukkan:
Bagi orang yang tidak merasa dirinya “cukup tahu” tentang makna Natal.
Bagi yang merasa “ingin tahu” lebih jauh mengenai seluk beluk tentang kelahiran Yesus Kristus ke dunia ini.
Bagi yang “penasaran” dengan siapakah sesungguhnya YESUS KRISTUS itu?
Bagi yang “mau tahu” salah satu alasan saya memercayai YESUS KRISTUS sebagai Sang Juruselamat Sejati.
Bagi yang masih “mencari” keselamatan yang sesungguhnya setelah kematian.

Salam Kasih TUHAN Semesta Alam
menjamah hatimu dan hidupmu …


Renungkan Bacaan dari Injil Matius 1 : 18-25 berikut
18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.
24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Salah satu alasan mengapa saya (penulis) beriman kepada Yesus Kristus adalah kedatangan-Nya telah dinubuatkan dan nubuat itu memang benar-benar digenapi. Salah satu dari sederet nabi-nabi yang menubuatkan kedatangan Sang Mesias adalah Nabi Yesaya. Berikut kutipan dari kitab Yesaya :


Yesaya 7: 14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
9:6a Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.

Maria, adalah seorang perempuan muda yang mendapat kasih karunia di mata TUHAN, untuk dipakai rahimnya sebagai tempat dimana Sang Mesias dikandung. Kata “Mesias” sendiri berasal dari kata “masyiakh” dalam bahasa Ibrani. Sedangkan dalam bahasa Yunani dipanggil “Christos”, dalam bahasa Arab dipanggil “Al-masih”, dan dalam bahasa Indonesia dipanggil “Kristus”. Kata “mesias” berarti “yang diurapi oleh TUHAN”. Hal ini berkaitan dengan penglihatan yang diberikan TUHAN kepada Nabi Daniel pada masa pemerintahan Raja Belsyazar  pada masa pembuangan Israel ke Kerajaan Babylonia (Babel) pada sekitar tahun 450 Sebelum Masehi. Dalam “penglihatan rohani”, Daniel melihat Seseorang yang rupanya (wujudnya) seperti “Anak Manusia”, yang diurapi Tuhan, untuk menjadi Mesias yang akan memerintah sampai selama-lamanya (bukan dalam arti politik, tapi dalam arti Otoritas Ilahi). Mesias adalah tokoh yang amat diharapkan oleh bangsa Yahudi dan nubuatan tentang Mesias telah dituturkan oleh nabi-nabi ratusan tahun, sebelum kedatangan Yesus Kristus sebagai manusia. Jadi, Mesias itu memiliki karakter yang Ilahi (cth : kekal) namun juga memiliki karakter yang manusiawi (cth : rupa “anak manusia”), inilah yang saya pahami sebagai “Dualisme Esensi Diri Yesus Kristus” atau “Dwi-hakikat Diri Yesus Kristus” -  selama Ia ada di muka bumi 2000 tahun yang lalu.

Tuhan Yesus mengambil rupa sebagai seorang manusia dan lahir sebagai “bayi kecil” melalui Maria. Ia dikandung di dalam rahim Maria dan dilahirkan oleh Maria. Darimana asal “kandungan” itu ? Roh Kudus, yakni Roh TUHAN sendiri yang melakukan suatu perkara yang ajaib, sebuah mukjizat, dimana “kandungan” itu ada tanpa “benih dari seorang lelaki”. Kandungan itu dibentuk dengan cara yang supra-natural, di luar jangkauan kemampuan manusia dan di luar keterbatasan logika manusia, sungguh ajaib ! Yesus Kristus tidak memiliki ayah secara biologis. Hal inilah yang menjadi “perbuatan TUHAN yang Maha Kuasa”, tidak pernah terjadi pada siapapun, selain pada “kandungan” yang nantinya tumbuh menjadi seorang Yesus Kristus.  Di dalam Perjanjian Lama, kita melihat tokoh-tokoh yang kelak akan dipakai TUHAN sekalipun, dilahirkan melalui hubungan suami istri antara si ayah dan si ibu dari si anak – benih dari lelaki bersatu dengan benih dari perempuan. Sedangkan Kristus adalah satu-satunya tokoh di sepanjang sejarah – yang dilahirkan tanpa benih dari seorang lelaki – kandungan itu adalah hasil/karya pekerjaan Roh Kudus, Roh Tuhan Semesta Alam.

Jikalau kita jeli, status Maria dan Yusuf, pada waktu itu, adalah bertunangan. Lalu, mengapa tiba-tiba di ayat berikutnya dipakai kata “suaminya”? Bukankah “bercerai” digunakan untuk status “suami-istri” saja? Jawabannya: Perlu kita ketahui bahwa status “pertunangan” dalam konteks kehidupan masyarakat Yahudi adalah suatu hubungan yang mengikat dan ketidaksetiaan pada masa pertunangan adalah zinah! Selain itu, untuk memutuskan hubungan “pertunangan”, dalam konteks kehidupan masyarakat Yahudi, diperlukan suatu “perceraian”. Sehingga, kata “suaminya” tetap dapat dipergunakan – untuk menunjukkan “kekokohan ikatan” status ini.

Yusuf, “suami” Maria, itu ingin menceraikan Maria secara “diam-diam”, karena ia tidak tahu menahu mengapa Maria dapat mengandung sebelum berhubungan suami istri. Ia tidak gembar-gembor menceritakan peristiwa yang mungkin dipikirnya sebagai suatu “aib” yang amat memalukan kepada orang-orang. Perlu diketahui bahwa ada dua cara untuk menceraikan seorang wanita di kebudayaan masyarakat Yahudi : proses perceraian di pengadilan atau pemberian surat cerai di depan dua saksi. Maka menurut konteks kejadian ini, Yusuf hendak memilih menceraikan Maria dengan cara yang ke dua. Ia sama sekali tidak bermaksud mempermalukan Maria di hadapan publik. Karena itulah ia dikatakan “tulus hati”, bukan seorang penggembar-gembor “aib”. Namun, ketika ia memikir-mikirkan hal itu, TUHAN mengutus malaikatNya kepada ia dan menjelaskan bahwa “peristiwa” ini bukanlah suatu “aib”, melainkan perbuatan tangan Yang Maha Tinggi. Ia diteguhkan untuk memperistri Maria oleh TUHAN – menjadi seseorang yang mendampingi Maria untuk melahirkan Sang Mesias. Malaikat Tuhan datang dalam mimpi kepada Yusuf. Ingat bahwasanya Tuhan bekerja menyatakan pesanNya kepada manusia, salah satu caraNya ialah melalui mimpi, seperti kisah Yakub di Perjanjian Lama, di Matius 2: 12, dll.

Pesan lain yang tak kalah penting ialah soal “nama”. Di dalam banyak kebudayaan di berbagai belahan bumi, pemberian nama kepada anak begitu menjadi pusat perhatian bagi keluarga, khususnya orang tua si anak. Nama “Yesus” adalah bentuk bahasa Yunani dari kata Ibrani “Yehosyua” atau “Yosua”. Akar katanya dalam bahasa Ibrani ialah “yasa”, artinya menyelamatkan. Sedangkan keseluruhan arti nama “Yesus” adalah “TUHAN menyelamatkan”. Makna nama ini selaras dengan pernyataan : “karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” Maka inilah sokongan Alkitab mengenai status Yesus Kristus sebagai “Sang Juruselamat”. Ia-lah Mesias yang dinubuatkan “ratusan tahun” sebelum inkarnasi/kedatangan/pengambil-rupa-an sebagai Seorang Bayi yang bernama YESUS.

Ayat 22 menekankan TUHAN berfirman kepada para nabi dan nabi yang menyampaikan kepada umat. Ayat 22 ini juga menekankan “penggenapan”, “pemenuhan”, “penepatan”, alias “terjadinya” apa yang telah difirmankan Tuhan melalui nubuat para nabi. Yesaya 42 ayat 9 menyuarakan penyataan yang serupa :
“Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu."

Ayat 23 menunjukkan bahwa kedatangan Mesias sbb: (1) Mesias dikandung oleh seorang perawan/anak dara   (2) Mesias adalah anak laki-laki   (3) Ia dinamai “Imanuel”. Hal pertama menunjukkan kedatangan Mesias adalah dengan cara yang ajaib, luar biasa, di luar keterbatasan reproduksi manusia secara umum. Sekali lagi, ini telah dinubuatkan setidaknya RATUSAN TAHUN sebelum Yesus Kristus lahir ! Hal kedua menunjukkan Mesias, Sang Raja, adalah seorang lelaki – sebagaimana arti kata “raja” pada umumnya – lelaki yang memerintah atau memimpin. Hal ketiga ialah “dinamakan Imanuel”. Mungkin Anda bingung : Yesus ‘kan lahir dinamai “Yesus” dan  bukan dinamai “Imanuel”. Tetapi yang dimaksudkan di sini ialah “Status” dan “Makna yang terkandung di balik Nama itu”. Yesus Kristus adalah Sang Juruselamat, lalu bagaimana Ia menyelamatkan, jika Ia tidak hadir di antara umatNya ? Yesus adalah Mesias, bagaimana ia menanggung Hukuman atas Dosa-dosa Manusia, jika Ia tidak “hadir” di tengah-tengah manusia ? Yesus adalah Imanuel. Karena bagaimana Ia dikatakan “menyertai” (kehadiran yang terus-menerus), jikalau Ia tidak “hadir” di antara manusia ? Maksudnya ialah Yesus menyandang Status “ALLAH yang hadir”, “ALLAH yang menyertai”, “TUHAN yang bersama-sama dengan manusia”. Yesus adalah Imanuel dan Imanuel adalah Yesus, dalam konteks ayat Alkitab ini. Yesus ialah Seorang manusia yang diurapi/diperkenan/dipilih TUHAN untuk menyatakan kehadiranNYA, lawatanNYA, dan penyertaanNYA kepada umatNYA – inilah makna “Imanuel”. Sekali lagi YESUS dipilih bukan karena kesucian hidupNya, melainkan karena Ia adalah Sang Firman Allah yang mengambil rupa sebagai seorang manusia dan sebagai seorang hamba – ini adalah wewenang dan hakNya sebagai Imanuel.

Berbicara kehadiran ALLAH dalam diri YESUS KRISTUS, kita dapat merenungkan ayat-ayat ini:
Matius 4: 16 dikutip dari Yesaya 9: 1
“bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang."
Sang Terang itu ialah Sang Mesias, Yesus Kristus. Tak seorang pun dapat dikatakan sebagai Terang, terang yang tidak sedikitpun mengandung kegelapan, Terang yang tidak mengandung dosa, Sang Terang yang menyatakan kehadiran TUHAN Allah yang Maha Kudus. Yesus Kristus adalah Sang Terang yang Besar yang dinubuatkan Nabi Yesaya 700 tahun sebelum kelahiran Yesus. 

Matius 12: 6  berbunyi,
Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.
Umat Allah dalam Perjanjian Lama selalu mengaitkan Kehadiran Allah di dalam Bait Suci. Namun Yesus memaksudkan kehadiran Allah dalam DiriNya sendiri, Sang Firman, iya, di dalam rupa seorang “Anak Manusia” (Ingat: penglihatan Daniel + 450 tahun sebelum kelahiran Yesus).

Matius 28: 20 berbunyi, “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.
Tuhan Yesus menyatakan kehadiran dan penyertaan Ilahi di dalam DiriNya kepada umatNya – sampai pada saat Penyataan Kemuliaan Sang Mesias (Akhir Zaman). Yesus menyertai secara supra-natural, tak terpahami dengan tuntas oleh akal pikiran manusia. Ia menyertai umatNya dengan kehadiranNya yang ajaib, melampaui keterbatasan ruang dan waktu, sungguh Allah kita Maha Kuasa ! Puji Tuhan ! Mesias datang pertama kali sebagai seorang hamba – seorang yang menanggung Hukuman atas Dosa-dosa manusia – seorang yang “hina” karena derita Salib. Namun, Mesias akan datang kembali ke dunia sebagai seorang TUAN – seorang yang menyatakan Siapa Sebenarnya Dia itu – sosok yang “mulia” karena sesungguhnya Ia adalah Raja di atas segala raja, Firman Allah yang Perkasa, Mulia, dan Berdaulat sampai selamanya.


Yusuf, Anak Daud, memilih taat kepada petunjuk dari malaikat TUHAN. Disebut “anak Daud”, karena ia berada dalam “garis keturunan raja Daud”, raja Israel yang termashyur. Maria juga berada dalam garis keturunan Daud. Mesias pun dikatakan akan dilahirkan dalam garis keturunan Daud – sesuai nubuat para nabi. Maka genaplah apa yang dinubuatkan oleh nabi-nabi terdahulu. Sekali lagi, Yusuf taat dan patuh menuruti perintah Tuhan. Ia mendampingi Maria untuk melahirkan Sang Mesias. Juga ia tidak melakukan hubungan suami istri dengan Maria sampai Sang Mesias itu lahir. Dengan demikian, tidak ada kemungkinan bahwa kandungan itu terbentuk lewat peran serta dari Yusuf dan memang Maria “sudah” mengandung pada saat itu.

Beralih ke nubuat Nabi Yesaya, kita menyaksikan tanda-tanda (ciri-ciri) Ilahi (bersifat ke-Allah-an; merujuk kepada TUHAN) pada diri Sang Anak yang adalah Firman Allah yang “mengambil rupa” sebagai manusia itu, yakni:  (1) seorang putera telah diberikan untuk kita    (2) lambang pemerintahan ada di atas bahunya    (3) dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.     (4) Besar kekuasaannya dan ……… mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya.

Secara nyata, jelas, dan gamblang; bahwa Sang Anak itu memiliki hakikat diri sebagai TUHAN ! Ia Ajaib (merujuk Kuasa Ilahi), Perkasa (merujuk Kekuatan yang kokoh), Kekal (hanya TUHAN yang kekal, sejati, dan abadi), Raja (merujuk Otoritas Ilahi), dan Besar KuasaNya. Mesias itu adalah ALLAH sendiri. Ya, Sang Firman Allah yang Hidup dan “mengambil rupa” sebagai seorang manusia. Status Yesus Kristus sebagai manusia dan Allah, kira-kira dapat digambarkan demikian : Status Manusia sebagai kulit luar saja, sedangkan Status Ilahi sebagai Isinya, Intinya, bagian dalamnya, dan yang sebenarnya. Hal ini telah dinubuatkan 700 tahun (hitungan kasar) sebelum kelahiran Yesus Kristus ke dunia ini ! Bayangkan: Betapa luar biasanya TUHAN Semesta Alam yang memberitahukan sebelum semua ini terjadi ! Sungguh luar biasa ! Sadarilah dan renungkanlah dalam lubuk hati Anda yang terdalam. Allah mengasihi Anda. Bahkan Ia tidak mempertahankan Kenyamanan IlahiNya sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Tuhan Yesus meninggalkan Sorga (Kerajaan Kekal nan Mulia), TURUN ke dalam dunia yang gelap - penuh dengan dosa. Ia datang dalam rupa seorang “Manusia” (Ingat: penglihatan Daniel) untuk Menderita demikian rupa dan Mati di kayu Salib DEMI ANDA ! Sadarilah dosa-dosa Anda. Anda tidak dapat “menyogok”, “menyuap”, “membayar” Allah untuk memberikan Anda tempat dalam Kerajaan Sorga dengan SEGALA PERBUATAN BAIK Anda. Allah tidak dapat disuap dengan amal saleh kita. Karena Alkitab dengan tegas berkata :

“Tidak seorangpun dapat membebaskan dirinya, atau memberikan tebusan kepada Allah ganti nyawanya, karena terlalu mahal harga pembebasan nyawanya, dan tidak memadai untuk selama-lamanya.”   (Mazmur 49: 8-9)

Karena itulah, Terimalah Yesus Kristus sebagai Sang Juruselamat dan Raja di dalam hatimu dengan iman dan di dalam hidupmu dengan pertobatan yang sungguh. Natal tidak sekedar SUKACITA tanpa makna. Natal adalah permulaan dari Misi Yesus, Sang Mesias, untuk menyelamatkan Anda dan saya. Natal adalah Tuhan Yesus turun ke dunia “mengambil rupa” sebagai manusia. Natal adalah Anugerah terindah dari Allah Bapa di Sorga, karena “… seorang putera telah diberikan untuk kita …”. Ya, Tuhan mengorbankan PuteraNya sendiri, yakni Yesus Kristus, untuk menyelamatkan umat manusia dari Sengsara Kekal dalam neraka terpisah dari ALLAH untuk selamanya. Neraka itu sangat mengerikan, setimpal dengan: Kengerian, Kesadisan, Kejahatan, Kebengisan, Kekejaman dari Segala Dosa Manusia dari masa ke masa - dari segala suku bangsa - dari segala kalangan – dari tua hingga belia – dari hal kecil hingga hal besar, yang memberontak melawan Tuhan Allah yang menghendaki Kasih, Ketaatan, dan Kekudusan dari umat manusia yang diciptakanNya sendiri.

Keselamatan itu adalah ANUGRAH/ RAHMAT/ GRACE/ Pemberian Cuma-Cuma dari TUHAN yang Maha Kasih. Keselamatan bukan hasil dari PENCAPAIAN/ KEBAIKAN/ KESALEHAN/ Amal baik manusia ! Tidak ada jalan lain menuju keselamatan, selain di dalam Diri Yesus Kristus. Ia yang memiliki hak, wewenang, dan kuasa atas segala-galanya, termasuk atas diri Anda dan saya. Jangan melewatkan Natal ini dengan canda tawa yang sia-sia, namun biarlah Natal ini membawa kesan tersendiri bagi Anda. Anda mulai MENYADARI siapa diri Anda dan siapa diri YESUS KRISTUS, Sang Juruselamat. Ia telah dinubuatkan 700 tahun sebelum Ia lahir melalui Nabi Yesaya dan para Nabi lainnya !

Ingatlah: Ketika Anda telah membaca dan merenungkan tulisan ini, Anda telah diberi kesempatan untuk LEPAS dari segala hukuman atas dosa-dosa Anda yang tak terhitung lagi banyaknya. Anda diberi “TIKET GRATIS” untuk menuju Kerajaan Sorga dengan PASTI dalam iman dan pertobatan Anda yang sungguh-sungguh. Amal baik Anda TIDAK menyelamatkan Anda. Darah dan nyawa Yesus Kristus yang menyelamatkan Anda ! Anda berbuat baik untuk MENGUCAP SYUKUR akan ANUGERAH yang tak terkira dari TUHAN yang Maha Kasih lagi Maha Penyayang ! Ketika Anda menerima Yesus Kristus, Anda menanggapi panggilan TUHAN untuk bertobat dengan respons terbijak dan terbaik. Tuhan Yesus masih menunggu di depan pintu hati Anda, sampai Anda mempersilakan/mengizinkan/mengundang Ia untuk masuk, tinggal, dan berkarya dalam hidup Anda untuk mempermuliakan Nama TUHAN di atas segala tuan, RAJA di atas segala raja, Bapa Sorgawi TUHAN Semesta Alam!

Anda tidak tahu kapan ajal menjemput, bisa besok, minggu depan, atau mungkin 10 tahun lagi. Tapi Anda tetap Tidak Tahu! Maka ketika Anda MASIH Diberi KESEMPATAN untuk menerimaNya, janganlah mengulur waktu ataupun menunda-nunda. Janganpikir saya masih muda, padahal kematian datang tidak kenal pandang bulu, tua muda, kaya miskin, saleh maupun jahat.

Mungkin masih banyak keraguan atau pertanyaan Anda mengenai iman Kristen, maka dari itu segeralah MENCARI TAHU siapa YESUS KRISTUS itu sebenarnya, sebelum semuanya terlambat ! Kiranya Anda menyadari Kebenaran Firman TUHAN yang telah Anda renungkan ini dan menerima Sang Juruselamat yang telah lahir 2000 tahun yang lalu.


Maka SUKACITA NATAL yang SEJATI, DAMAI SEJAHTRA yang BENAR, dan KASIH yang Maha Indah akan dan pasti Anda TERIMA dari TUHAN yang menjadikan langit dan bumi, di dalam Diri Yesus Kristus, Mesias yang telah dijanjikan dan menebus Anda dan saya ! Haleluyah ! Segala hormat, pujian, kemuliaan adalah milik TUHAN Semesta Alam sampai selama-lamanya, Amin !

Selamat Natal dan
Kiranya Kasih Karunia Tuhan Yesus menyertai kita sekalian sampai
Sang Mesias itu datang kembali sebagai Raja di atas segala raja !

Kamis, 24 Desember 2009

Merry Christmas !






Selamat Hari Natal "untuk semuanya" !


Mengapa "untuk semuanya" ?

Karena Kristus lahir ke dunia untuk semuanya


Tapi apakah tiap orang menyambut Sang Raja dengan hangat dalam hatinya ?






Yesus datang kurang lebih  2000 tahun yang lalu, 
bukan untuk disanjung dan bersantai-santai
namun datang sebagai "Kado Terindah" dari Bapa Sorgawi 
untuk menyatakan Kasih Karunia - Nya,
dengan berkorban
 -  taat hingga mati di kayu salib - demi siapa ?
Demi keselamatan umat manusia dari 
belenggu kuasa dosa dan kuasa maut 

Sambutlah Kristus dalam hatimu dengan sambutan terbaikmu
Sambutlah Sang Raja dengan kado terbaikmu
Sambutlah Sang Terang dengan hatimu yang mau meninggalkan jalan-jalanmu yang gelap dan beralih menuju DIA
Inilah respons terbaik terhadap Hari Natal : Peringatan akan Kedatangan Tuhan Yesus, Sang Firman Allah yang hidup, ke dalam dunia DEMI keselamatan Anda

Karena


"Today in the town of David, a Savior has been born to ^you^: He is the Christ the Lord"
Glory to God in the highest and real peace in our heart, who believed in Jesus Christ The Lord 

and love Him so much



May The real joy of Christmas born in your heart!
Alleluia to Christ The Lord!



Selamat Hari Natal ! 

Kiranya makna kelahiran Kristus tidak segera berlalu dari tiap sanubari kita, 

melainkan abadi dalam hari-hari kita selamanya

Haleluya !

Minggu, 13 Desember 2009

Belajar Berdoa?


Yohanes 10: 3-4; berbunyi :
10:3 Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

ð       Kata "suaranya" adalah suara "Gembala", yakni Tuhan kita, Yesus Kristus. Sedangkan “domba2”  adalah kita, anak2 Tuhan.
ð       Di sini dapat kita liat, anak2 Tuhan mendengarkan suara Tuhan mereka. Artinya, kalau kita mau disebut sebagai anak2 Tuhan, kita harus-lah mendengarkan suara-Nya, baik yang tercantum dalam Firman tertulis-Nya mau pun yang hendak dikatakan-Nya dalam doa.

10:4 Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
ð       Anak2 TUHAN mengenal "SUARA TUHAN ". Mereka mengikuti sumber suara itu, yakni Tuhan Yesus. Kita harus dapat membedakan suara kita, suara Tuhan, dan suara si jahat. Sebab itu-lah yang membuktikan kita mengenal Dia, mengikuti ajaran dan kehendak-Nya.

Yohanes 10 : 14, 27; berbunyi:
10:14 Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,
ð       Domba-domba Tuhan Yesus mengenal Tuhan Yesus. Mereka mendengarkan perkataan-Nya, baik ajaran mau pun pimpinan-Nya. Barangsiapa yang mengenal Tuhan Yesus, maka ia harus hidup sebagaimana Kristus sendiri telah hidup di dunia ini (1 Yoh. 2: 6).

Ada yang pernah berkata kepada saya: “tidak ada yang mengajarkan kita berdoa. Tidak ada sesuatu yang perlu kita pelajari untuk berdoa. Doa itu keluar dari hati sendiri.” Namun

Mari kita lihat
Yohanes 14: 26
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Roma 8: 26 - 27

Roh Kudus yang akan mengajarkan kita untuk berdoa! Roh Kudus yang menyampaikan isi hati kita, ketika kita begitu gundah gulana, begitu sedih, hingga tak sanggup berkata-kata. Roh Kudus-lah yang mengarahkan dan membimbing kita untuk berdoa, baik anda sadari mau pun tidak! Jadi, masih dapat kah kita berkata : “Tidak ada yang mengajari saya berdoa” ?

Anda ingat Doa Bapa kami yang diajarkan Tuhan Yesus? namanya anak Tuhan, ya harus tw dong (di Mat 6: 9-13). Untuk apa Tuhan Yesus mengajarkan doa itu? Bukankah untuk kita pelajari dan kita lakukan? Sang Guru mau kita berdoa seperti itu, doa itu sebagai suatu pedoman. Jadi, apa kah kita tak perlu belajar berdoa? Belajar mendengarkan-Nya dan belajar berbicara kepada-Nya?

Doa itu dibilang teman saya : “keluar dari hati”. Saya mengajak kita melihat lagi di Roma 8: 26. Ketika anda baru mengenal Tuhan Yesus, dapatkah anda berdoa demikian sempurnanya, menyampaikan apa yang harus disampaikan kepada Dia dan juga mendengarkan Dia? Saya yakin dan percaya bahwa setiap doa yang keluar dari hati seorang anak TUHAN, pasti-lah di dalamnya ada campur tangan Roh Kudus. Dan kita tw bahwa kita dibaharui oleh Roh Kudus hari lepas hari untuk semakin peka akan suara-Nya.

Aplikasi :
Setiap saat ketika kita berdoa, kita harus memberi diri dipimpin oleh Roh Allah, karena Roh Tuhan sendiri yang akan mengajar kita berdoa dan mendengarkan Suara-Nya. TUHAN ingin mendidik kita dalam FIRMAN-NYA, ROH-NYA, dan DOA. Supaya kita dilayakkan oleh TUHAN sendiri untuk dicap sebagai “anak-anakTUHAN”.

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah.
Roma 8: 14

DOA :
Tuhan Yesus, terima kasih sekali lagi kami diingatkan mengenai doa. Tuhan Yesus, kami mohon ajarlah kami berdoa sebagaimana seharusnya kami berdoa di hadapan Bapa yang Maha Kudus. Tuhan, kami memberi diri dipimpin oleh Roh-Mu, ya Tuhan. Materaikanlah Roh-Mu dalam diri kami, agar kami menjadi anak Allah yang senantiasa dididik Tuhan hingga kami memperoleh pengetahuan yang benar tentang Tuhan dan karunia untuk berdoa berkenan di hadapan Bapa. Hanya di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Haleluya, Amin!

Berdoa = Meminta pimpinan dan bimbingan Allah



Sebenarnya kita harus memberi kesempatan kepada TUHAN untuk memulai topik pembicaraan dalam doa. Ada kalanya TUHAN ingin memberitahu kita sesuatu hal, tetapi kita sering memilih memberitahu semau kita, ingat lagi esensi doa!
By the way, Mengapa ada baby di sini ya? Coz kita harus mepunyai sikap seorang anak yang mau mendengarkan Bapanya yang ada di sorga dalam doa.

Kalau mau makan, doa; kalo mau pergi, berdoa; kalo mau tidur, berdoa; kalo mau ke gereja, berdoa. Semua itu, sebenarnya ditujukan untuk meminta pimpinan dan penyertaan Allah sepanjang hidup kita; Jangan melupakan ALLAH dalam perencanaan kita sekalipun.

Kalau sedang digoda untuk berbuat dosa, doa adalah senjata yang ampuh untuk berseru kepada Tuhan akan pertolonganNya. Kekuataan dan kesetiaan adalah anugrah yang dapat kita miliki, semata-mata hanya ANUGRAH, dan kita minta kepada TUHAN YESUS dalam DOA.

Aplikasi :
Berdoalah demikian :
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139: 23-24

Doa:
Tuhan, pimpinlah kami di dalam tuntunan Roh Kudus-Mu. Ajar saya untuk menaati pimpinan-Mu, ya Bapa yang maha kasih. Dalam Yesus, Anak Allah yang hidup, aku mohon. Amin!

Sabtu, 05 Desember 2009

EMPAT KUALITAS GAYA HIDUP


Masa sukar pasti datang apabila hidup Anda membuat perbedaan. Tetapi sebelum itu, ada empat resolusi pribadi yang harus Anda buat yang akan mencegah Anda menuangkan bensin ke atas api masa sukar. Bangunlah keempat kualitas ini ke dalam gaya hidup Anda supaya selalu ada di sana ketika ada kebutuhan. Akan lebih baik jika Anda melakukannya.

Jangan keraskan hatimu

Selalu jaga hati yang lembut yang siap untuk mengampuni orang lain. Yesus mengajarkan kita untuk berdoa: "Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami" (Matius 6:12). Sebenarnya, jika kita mengeraskan hati kita dan menolak mengampuni orang lain karena apa yang sudah mereka perbuat kepada kita, maka kita menanggung resiko dosa kita sendiri tidak diampuni (Matius 6:14-15).


Perhatikanlah nuansa bahasa Anda
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. 
(Efesus 4: 29)

Kita tidak hanya perlu memperhatikan apa yang kita ucapkan, tetapi juga perlu memperhatikan bagaimana kita mengucapkannya. Sekedar salah ucap, nada suara, ungkapan sinis atau bahkan sikap diam dapat memancing lebih jauh mereka yang cenderung menjadi musuh kita. Setiap pagi saya berdoa, khususnya untuk melawan godaan menggunakan perkataan yang tajam.

Jangan membawa-bawa kegagalan masa lalu
"Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17)

Orang yang Anda hadapi mungkin pernah membuat kesalahan serius yang kebetulan Anda ketahui. Jangan tunduk pada godaan untuk membuat orang itu tampak buruk dan menempatkan dia pada sikap defensif dengan membawa-bawa kotoran masa lalu. Hadapilah hanya masalah yang sekarang. Jika Tuhan mengampuni dosa kita yang lalu, maka kita pun harus begitu.

Jangan pernah katakan "Kan sudah kukatakan!"
Tetapi kasih karunia, yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
(Yakobus 4: 6)

Saya harus terus berjaga terhadap hal ini karena saya sering melihat implikasi masa depan yang terkait dengan perbuatan sekarang sebelum orang lain dapat melihatnya. Sebenarnya, mengatakan "Kan sudah kukatakan!" dapat diringkas menjadi manifestasi keangkuhan. Kerendahan hati mengatakan untuk membiarkan orang lain memuji Anda, dan jika tak seorangpun kebetulan berpikir untuk melakukannya, berdiri sajalah di belakang dan biarkan orang lain memperoleh penghargaan, walaupun Anda mungkin berpikir Anda layak mendapatkannya.


Manakah diantara 4 sikap ini yang menjadi kebiasaan Anda?

sumber: Jawaban.com

Tidak Akan Pernah Jatuh


Ayat bacaan: 2 Petrus 1:10
=====================
"Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung."

Apakah anda pernah tersandung lalu terjatuh? Seorang anak kecil yang melintas di depan rumah saya sore ini tersandung selagi berjalan di atas permukaan jalan yang berbatu-batu. Ketidakhati-hatiannya membuatnya terjerembap jatuh. Untung dia tidak mengalami masalah apa-apa. Ia langsung bangkit dan berjalan lagi meski agak sedikit terpincang-pincang di awalnya disertai wajah yang agak meringis. Kita semua pernah mengalami hal ini. Bukan hanya di jalan terjal, berbatu, tapi terkadang di jalan yang mulus itu bisa terjadi. Jalan mulus bisa membuat kita tidak waspada, sehingga ketika ada sebentuk benda yang tidak kita lihat menghalangi langkah kita, kita pun bisa tersandung karenanya. Tersandung bisa sepele, tapi bisa pula menjadi berat jika akibatnya ternyata mencederai kita secara serius. Teman saya di SMA pernah tersandung begitu selesai bermain basket. Posisi jatuhnya ternyata cukup berakibat fatal. Ia kehilangan beberapa gigi karena mulutnya tepat menghantam permukaan keras di mana ia jatuh. Adik saya sempat sobek bibirnya karena jatuhnya menghantam ujung meja. Di sisi lain, kita seringkali tersandung dan bisa kembali melanjutkan langkah kita seperti halnya si anak. 

Jatuh bangun dalam iman pun dialami oleh banyak orang. Bahkan ada orang yang sudah begitu sering jatuh bangun sehingga mereka sudah sulit menerima bahwa mereka sebenarnya direncanakan untuk tidak pernah jatuh.Tuhan sebenarnya sudah menjanjikan bahwa kita anak-anakNya tidak akan pernah tersandung dan jatuh. Firman Tuhan berkata bahwa ada sesuatu yang dapat membuat kita tetap berdiri tegak dan terhindar dari kejatuhan ini. Apa itu? Ketekunan. Ketekunan untuk berusaha lebih serius lagi atas panggilan dan pilihan Allah atas diri kita. Paulus menggambarkannya demikian: "Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung." (2 Petrus 1:10). Kata tersandung dalam versi bahasa Inggris dijelaskan dengan"stumble or fall." Tidak hanya tersandung, tapi juga terjatuh. Kata ketekunan atau keseriusan, kerajinan untuk berusaha keras untuk lebih sungguh-sungguh ini memiliki arti yang sangat penting. Kita perlu tahu bahwa kita tidak akan pernah dapat menghayati hidup yang penuh kemenangan tanpa adanya ketekunan ini. 

Panggilan dan pilihan Allah, ini dijelaskan oleh Petrus di awal perikop. "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib." (ay 1). Sejalan dengan ini, Paulus menulis rincian yang lebih jelas. "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya." (Roma 8:30). Sejak semula Allah telah memilih dan menentukan panggilanNya. Inilah yang harus kita teguhkan dengan sungguh-sungguh, jangan disepelekan dan tidak diperhatikan. Bersungguh-sungguh artinya tidak sekedar menjalankan. Bersungguh-sungguh ada pada level di atasnya. Tekun berdoa, rajin beribadah, bisa dilakukan hanya karena rutinitas, sesuatu yang sudah terpola dari keluarga, atau alasan-alasan duniawi lainnya. Bersungguh-sungguh artinya melakukan lebih dari itu, dengan menyadari dengan sepenuhnya, mendasarkan setiap doa, pujian, penyembahan, perenungan dan sebagainya dari hati yang paling dalam yang memandang Tuhan dengan kasih tulus dan murni. Seperti apa bentuknya? Petrus menjabarkannya seperti ini: "Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang." (2 Petrus 1:5-7). Lihatlah rantai yang terjalin dalam ayat-ayat ini. Itulah bentuk usaha sungguh-sungguh untuk lebih meneguhkan panggilan dan pilihan yang telah ditetapkan Tuhan sejak semula. 

Petrus, Paulus dan murid-murid lainnya tahu bahwa kita tidak akan mampu hidup dengan iman ala kadarnya. Kita tidak bisa hidup dengan mengabaikan nilai dan prinsip kekristenan dan berharap dapat tetap diselamatkan. Dan kita pun tidak bisa melakukannya setengah-setengah. Di satu sisi kita taat, di sisi lain kita langgar. Di saat tertentu kita patuh, tapi di saat lain kita mengabaikannya. Tidak, ini tidaklah menggambarkan sebuah kesungguhan. Yakobus berkata "Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya." (Yakobus 2:10). Kita tidak akan bisa berdiri teguh tanpa membaca alkitab sepanjang minggu. Tidak akan pernah cukup jika kita hanya mengandalkan kebaktian seminggu sekali di gereja saja, lalu hidup sepenuhnya tanpa Tuhan selama seminggu penuh. Itu tidak akan pernah cukup. Jika kita termasuk dalam golongan ini, tidaklah heran jika kita terus saja tersandung, terjatuh dan lagi-lagi gagal. 

Tuhan berfirman: "Setiap senjata yang ditempa terhadap engkau tidak akan berhasil, dan setiap orang yang melontarkan tuduhan melawan engkau dalam pengadilan, akan engkau buktikan salah. Inilah yang menjadi bagian hamba-hamba TUHAN dan kebenaran yang mereka terima dari pada-Ku, demikianlah firman TUHAN." (Yesaya 54:17). Yes! Inilah bagian dari kebenaran yang seharusnya kita terima. Kita seharusnya dicanangkan untuk tidak pernah tersandung dan terjatuh. Never stumble or fall. Berusaha sungguh-sungguh untuk meneguhkan panggilan dan pilihan kita akan membawa kita naik ke level yang lebih tinggi, dimana semua berkat Tuhan berada. "Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:11). Ini janji Tuhan bagi kita semua. Jika demikian, haruskah kita terus tersandung dan terjatuh? Firman Tuhan berkata: "Sekali-kali tidak!"(Roma 11:11). Jika kita ingin bertahan menghadapi hari-hari yang sulit yang akan terus datang, kita semua membutuhkan iman yang dewasa, sebentuk iman yang dapat memindahkan gunung. Dan caranya tidak lain adalah dengan lebih sungguh-sungguh lagi menyerahkan diri kita kepada Firman. Jika kita sudah melakukannya, berusahalah untuk lebih baik dan lebih rajin lagi daripada sebelumnya. Paulus berkata: "Akhirnya, saudara-saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah. Hal itu memang telah kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi." (1 Tesalonika 4:1). Rajinlah untuk memastikan bahwa panggilan dan pilihan atas kita tetap teguh. Dan lihatlah, tidak peduli betapa pun sulitnya keadaan, kita tidak perlu jatuh.

Hindari tersandung dan jatuh, dengan lebih bersungguh-sungguh lagi bertekun memenuhi pilihan dan panggilan Tuhan


Rabu, 25 November 2009

Menyikapi Kemerdekaan


Ayat bacaan: Galatia 5:13
============ ========
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih."

Mengingat pemilihan presiden beberapa bulan lalu, saya teringat akan perjalanan panjang bangsa ini dalam berdemokrasi. Sudah 11 tahun kita menjalani masa reformasi. Masa-masa dimana kebebasan berpendapat dikekang oleh rezim lama yang sudah berlalu. Orang bebas menyampaikan unek-uneknya, keluhannya, bahkan berdemo pun sepanjang tidak mengarah pada tindak anarkis sudah menjadi hal yang biasa saat ini. Kebebasan, kemerdekaan, adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tapi sayang, ada banyak orang yang terlena dengan kemerdekaan di era reformasi, sehingga mereka menyikapi kemerdekaan dengan salah kaprah. Mereka menganggap mereka boleh bebas berbuat apa saja tanpa batas. Memaksakan kehendak dengan kekerasan adalah salah satunya, bahkan ada kelompok-kelompok yang berani mengatasnamakan Tuhan untuk menindas saudara-saudara sebangsa dan setanah airnya sendiri. Salah seorang teman pernah berkata bahwa tampaknya negara kita belum siap untuk dihadiahi kemerdekaan dan kebebasan. "Belum saatnya kita reformasi. Jauh lebih baik keadaannya ketika kita masih dikekang. Kita ternyata masih bangsa yang harus diikat, dicambuk dan disuapi agar aman.." katanya. Terdengar agak berlebihan memang, but he got a point. Ada banyak orang yang terlena dalam sebuah kemerdekaan sehingga tidak tahu bagaimana harus menyikapi sebuah kemerdekaan itu.

Alkitab memberi peringatan mengenai bagaimana cara menyikapi kemerdekaan. Kita adalah orang-orang yang sudah dimerdekakan dari dosa dan berbagai kuk perhambaan. Kristus sendirilah yang telah memerdekakan kita. (Galatia 5:1). Demikian kata Yesus: "Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." (Yohanes 8:36). Tuhan memberikan kebebasan untuk melakukan apa saja. Dalam hal penggunaan waktu, bergaul, berusaha/bekerja/ berbisnis, dan sebagainya. Tuhan tidak memperlakukan manusia seperti robot, atau seperti kerbau dicocok hidung. Tidak, Tuhan mengasihi kita sehingga Dia memberi kehendak bebas kepada kita, termasuk di dalamnya segala konsekuensi yang menyertai apapun keputusan yang kita ambil. Kita bisa hidup sesuai firman Tuhan, tapi kita bisa pula terjerumus dalam berbagai bentuk dosa. Dan ingatlah semua itu ada konsekuensinya. Kita diberikan kemerdekaan, namun hendaklah kita mempergunakan kemerdekaan itu dengan baik dan tidak memanfaatkan itu untuk malah berbuat dosa. Demikian yang diingatkan oleh Paulus. "Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Galatia 5:13). Benar bahwa Allah menyediakan pengampunan untuk dosa kita, tapi janganlah menyalahgunakan kasih Tuhan itu sebagai kesempatan untuk terus hidup dalam dosa. Bagaimanapun juga, kita tidak bisa mengelak dari konsekuensi akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Dan pada saatnya nanti, segala perbuatan dan perkataan kita haruslah kita pertanggungjawabkan di hadapanNya.

"Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16). Itu pesan Petrus mengenai cara hidup yang baik sebagai orang merdeka. Lebih lanjut Petrus mengatakan: "Hormatilah semua orang, kasihilah saudara-saudaramu, takutlah akan Allah, hormatilah raja!" (ay 17). Ini pesan penting dalam menyikapi kemerdekaan yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Jika hari ini Tuhan memberikan berkat kesehatan, keuangan, keluarga yang bahagia, pekerjaan yang baik dengan segala kebebasan yang ada di dalamnya, pergunakanlah itu semua dengan penuh tanggung jawab. Tetaplah berhati-hati dalam menyikapi kemerdekaan yang ada, dan janganlah jatuh pada godaan yang siap membuat kita ingin menyalahgunakan kemerdekaan yang telah Dia berikan.

Kebebasan diberikan Tuhan bukanlah sebagai peluang untuk berbuat dosa


Sabtu, 14 November 2009

Jangan Lemah

=======================
"Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh."

Sepanjang perjalanan hidup saya hingga hari ini saya bertemu dengan beberapa orang yang menjadi lemah akibat luka masa lalu mereka. Luka yang masih belum sembuh ternyata membawa pengaruh buruk bagi kehidupan mereka. Kehilangan jati diri, kehilangan harga diri, merasa diri tidak berharga, sehingga mereka gampang dipermainkan dan dimanfaatkan orang lain. Ironisnya, banyak diantara mereka yang merasa tidak sanggup melepaskan diri dari orang-orang yang terus menyakiti mereka. Tidak hanya luka masa lalu, namun berbagai permasalahan dalam hidup yang bertubi-tubi pun bisa melemahkan tubuh, hati dan jiwa kita. Bahkan ketika iman kita menjadi merosot, roh kita pun akan melemah. Kehilangan pegangan dan pengharapan bisa terjadi dan itu sangat beresiko kepada perjalanan hidup kita baik di bumi maupun kelak di fase berikutnya. Jika tidak hati-hati, hidup bisa hancur dan kita kehilangan kesempatan untuk memperoleh tempat kelak di Surga.

Ada kalanya tekanan hidup yang begitu bertubi-tubi dan pelajaran pahit dari masa lalu harus kita hadapi. Ada kalanya kita harus menjalani konsekuensi dari sebuah keputusan yang salah di masa lalu. Penulis Ibrani mengatakan demikian: "Sebab mereka (orang tua kita) mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya." (Ibrani 12:10). Ketika kita didisplinkan tentu tidak nyaman rasanya. Namun semua itu bisa mematangkan kita. "Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." (ay 11). Selanjutnya Penulis Ibrani mengatakan: "Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah; dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi menjadi sembuh." (ay 12-13). Kita tidak boleh membiarkan diri kita untuk menjadi lemah dan goyah agar kita bisa terus berjalan lurus dalam kondisi baik dan tidak pincang. Ingatlah bahwa iblis akan terus mencari kesempatan untuk merusak hati dan pikiran kita ketika kita sedang dalam keadaan lemah. Bukan saja iblis, tapi orang-orang yang jahat pun siap memanipulasi kita, memanfaatkan diri kita demi keuntungan mereka apabila kita lemah. Karena itu kita harus kuat dan tegar.

Orang yang menyerah kalah dan memilih untuk terus terperangkap dalam keadaan lemah dan pincang tidaklah berkenan di hadapan Tuhan. "Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya." (Ibrani 10:38) Penulis Ibrani mengingatkan bahwa sebagai anak-anak Tuhan, seharusnya kita ada dalam posisi yang penuh ketekunan dan ketaatan sebagai orang-orang percaya sehingga beroleh keselamatan. (ay 39). Mungkin kita tidak cukup kuat untuk melepaskan diri dari belenggu masa lalu, berbagai kepahitan atau permasalahan. Manusia memang terbatas, namun Yesus sanggup melakukan itu semua! Adalah penting untuk memperkuat diri kita agar tidak mudah diserang. Dan caranya adalah dengan memenuhi diri kita dengan asupan firman Tuhan secara terus menerus. Rajin-rajinlah mendengar dan membaca firman Tuhan, rajinlah berdoa, dekatkan diri kepada Tuhan, teruslah mengucap syukur dan fokuskan pandangan senantiasa kepadaNya. Jadikan iman kita pada Kristus sebagai pegangan hidup. Itu akan membuat kita tidak gampang jatuh menjadi lemah dan mudah goyah. Secara singkat Daud menyebutkannya demikian: "Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah." (Mazmur 16:8). Seperti halnya satu atau dua bagian tubuh yang mengalami masalah bisa menimbulkan kesulitan besar bagi kita, begitu pula ketika tubuh, jiwa atau roh kita menjadi lemah. Iblis akan terus mengincar titik-titik lemah kita sebagai pintu masuk untuk menghancurkan kita. Begitu pula orang-orang yang punya niat buruk. Karenanya, tetaplah jaga tubuh, jiwa dan roh kita agar tetap kuat. Jangan beri kesempatan kepada yang jahat. Tetaplah berdiri tegar agar kita bisa terus melangkah dengan benar hingga akhir.

Membiarkan diri dalam kondisi lemah berlarut-larut berarti membuka peluang bagi yang jahat untuk menghancurkan kita



Sumber: http://Renungan-harian-online.blogspot.com

Belajar Dari Empat Binatang Kecil (2) : Pelanduk

Ayat bacaan: Amsal 30:26

============ =======
"pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu"

Pelanduk adalah sejenis hewan menyusui yang berukuran kecil. Masih tergolong keluarga rusa, tapi ukuran pelanduk dewasa kira-kira sama dengan kelinci. Hewan ini kecil dan lemah. Bayangkan jika hewan berukuran kecil ini berkeliaran bebas di hutan belantara. Pelanduk akan dengan mudah menjadi santapan hewan-hewan lain yang lebih besar darinya. Burung elang misalnya, akan dengan mudah menyambar pelanduk dan memangsanya. Begitu pula ular, dan hewan-hewan buas lainnya. Bagaimana pelanduk mampu melindungi dirinya? Ternyata pelanduk cukup bijaksana untuk membuat rumahnya di bukit batu. Pelanduk melindungi dirinya dari keganasan rimba dengan cara berlindung di balik bebatuan. Jika tidak demikian, rasanya mustahil bagi pelanduk untuk dapat bertahan hidup. Alkitab Perjanjian Lama pun menyebutkan bahwa gunung tinggi dan bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. (Mazmur 104:18).

Salah satu hikmat mengenai empat hewan kecil yang berasal dari Agur adalah mengenai pelanduk. Ayat ini sungguh menarik, karena menggambarkan bagaimana sebuah spesies lemah mampu bertahan hidup dengan cara membangun rumahnya di bukit batu. Tidak jauh berbeda dengan pelanduk, kita manusia pun sangat lemah. Terjangan masalah, badai problema hidup, kegoncangan dan pergumulan yang kita hadapi sehari-hari cepat atau lambat akan membuat kita menjadi lemah dan tidak berdaya. Ketika hal seperti itu terjadi, celah untuk masuknya dosa pun akan terbuka. Betapa rentan nya manusia, seperti halnya pelanduk.

Kalau begitu, kita bisa belajar dari pelanduk. Ketika pelanduk membangun rumah di bukit batu, kita pun juga sebaiknya demikian. Mari kita lihat apa yang diajarkan Yesus. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu." (Matius 7:24-25). Itu buat orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan. Jika sebaliknya? Ini yang terjadi: "Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (ay 26-27). Ketika kita menyadari bahwa sekuat-kuatnya kita manusia, kita tetaplah manusia yang lemah, hendaknya kita mau membangun hidup kita di atas "batu". Rumah yang dibangun dengan pondasi kuat tentu tidak rubuh meski digoncang angin badai sekalipun. Sekarang mari kita fokus pada kata "batu". Dalam Perjanjian Lama dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan bukit/gunung batu itu tidak lain adalah Tuhan sendiri. "Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?" (Mazmur 18:31). Atau lihat ayat ini: " TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!" (Mazmur 18:2). Daud begitu menyadari bahwa gunung batu tempat perlindungan yang kuat dan teguh ada pada Tuhan sendiri. Lalu dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa yang dimaksud dengan batu itu adalah Kristus. "dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus." (1 Korintus 10:4).

Ingatlah bahwa sehebat-hebatnya kita, kita tetaplah manusia yang lemah dan mudah hancur. Kekuatan dan perlindungan ada pada Kristus, gunung batu kita. Mari kita semua mulai membangun hidup kita, keluarga kita, pekerjaan dan pelayanan kita di atas Gunung Batu, biarlah Kristus bertahta di atas segala sendi kehidupan kita, sehingga kita mampu tegar menghadapi persoalan apapun yang menimpa kita. Bersama Kristus, kita yang lemah akan dikuatkan. Haleluya!

Belajarlah dari pelanduk yang tahu bahwa perlindungan ada pada bukit batu

Jumat, 30 Oktober 2009

Miliki Perkataan yang Mendatangkan Berkat Kehidupan


“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Amsal 18:21

Mengiring Yesus dalam kehidupan umat Tuhan senantiasa penuh dengan masalah dan problem. Semua pencobaan yang datang dalam hidup kita diizinkan oleh Tuhan untuk dapat membentuk kita semua hingga sampai kepada kesempurnaan. Ketika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, masih banyak hal dalam kehidupan kita yang tidak berkenan di hadapanNya. Semua hal yang tidak berkenan ini dalam hidup kita, tentunya akan menghalangi kita untuk menerima berkat dari Tuhan. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah perkataan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.” Yak 3:4-5a
Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang kita ucapkan dapat mengendalikan keseluruhan hidup kita bagaikan sebuah kemudi yang kecil dapat mengendalikan arah dan tujuan sebuah kapal yang besar.

Perkataan yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi hidup kita, apalagi jika kita memperkatakan Firman Tuhan. Firman Tuhan membentuk kehidupan kita dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak tahu menjadi berhikmat, dari yang tidak punya menjadi punya, dari yang sakit menjadi sehat, dari yang tidak mampu menjadi mampu, dan dari yang kecil menjadi besar.

Pertama kali Tuhan Allah menciptakan dunia ini beserta isinya dan alam semesta adalah dengan memperkatakan Firman: “Jadilah….”, maka semuanya itu tercipta. Setiap pelayanan Yesus sewaktu Dia menjadi manusia selalu memperkatakan Firman Tuhan. Ketika Dia dicobai oleh iblis, yang keluar dari mulutNya adalah Firman Tuhan. Oleh karena FirmanNya itulah, siasat si iblis dapat dikalahkan.

Tuhan adalah Pencipta, dengan FirmanNya hidup kita dapat diciptakan seturut dengan kehendakNya. Oleh karena itu, perkatakanlah Firman Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, bahkan dalam keadaan seperti kehilangan harapan sekalipun. Tanpa kita sadari, Firman yang kita perkatakan akan bekerja secara ajaib (supranatural), membentuk, menciptakan, mengubahkan keseluruhan hidup kita sesuai dengan rencanaNya.

Hal yang menjadi halangan berkat Tuhan:
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. ” Yak 3:9-12

Perkataan-perkataan yang negatif akan membentuk hal-hal yang negatif juga dalam kehidupan kita. Masalah yang kita alami sehingga membuat kita merasa tidak mampu, kelelahan, putus asa, kecewa, marah dan hilang pengharapan dapat membuat kita mengeluarkan kata-kata yang negatif dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini tidak akan membuat masalah kita menjadi selesai, tetapi dapat memperburuk keadaan. Kata-kata negatif yang keluar dari mulut kita dapat menjadi kutuk atas kehidupan kita bahkan kutuk bagi orang lain jika diucapkan terhadap orang lain. Kutuk ini akan mengikat hidup kita sehingga kita tidak bisa memperoleh berkat yang sudah Tuhan sediakan bagi kita. Tapi tentunya kutuk ini juga dapat dilepaskan di dalam nama Yesus Kristus.

Kisah bangsa Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun merupakan pelajaran bagi kita semua sebagai umatNya. Kita banyak melihat sungut-sungut bangsa Israel sehingga mendatangkan murka Tuhan. Bahkan hampir seluruh generasi Musa tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Ini semua akibat ulah bangsa Israel yang menggerutu atas keadaan yang mereka alami dan tidak percaya akan janji Tuhan.

Ucapkanlah hal-hal positif, perkatakanlah Firman Tuhan dan mengucap syukur DALAM segala hal. Dalam keadaan seburuk apapun, kita harus tetap mengendalikan lidah kita agar tidak mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kutuk atas hidup kita.
Tetap perkatakan Firman Tuhan dalam segala keadaan, maka Dia akan mengambil alih hidup kita dan memberikan jalan keluar atas segala masalah yang kita hadapi. Dan kita akan melihat janji Tuhan digenapi dan berkatNya mengalir dalam kehidupan kita.

.“Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. ” Ams 10:11

“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. ” Ams 15:4

“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. ” Ams 21:23
Adaptasi seperlunya dari PelitaHidup.com