Laman

Jumat, 30 Oktober 2009

Miliki Perkataan yang Mendatangkan Berkat Kehidupan


“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Amsal 18:21

Mengiring Yesus dalam kehidupan umat Tuhan senantiasa penuh dengan masalah dan problem. Semua pencobaan yang datang dalam hidup kita diizinkan oleh Tuhan untuk dapat membentuk kita semua hingga sampai kepada kesempurnaan. Ketika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, masih banyak hal dalam kehidupan kita yang tidak berkenan di hadapanNya. Semua hal yang tidak berkenan ini dalam hidup kita, tentunya akan menghalangi kita untuk menerima berkat dari Tuhan. Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah perkataan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.” Yak 3:4-5a
Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang kita ucapkan dapat mengendalikan keseluruhan hidup kita bagaikan sebuah kemudi yang kecil dapat mengendalikan arah dan tujuan sebuah kapal yang besar.

Perkataan yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi hidup kita, apalagi jika kita memperkatakan Firman Tuhan. Firman Tuhan membentuk kehidupan kita dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak tahu menjadi berhikmat, dari yang tidak punya menjadi punya, dari yang sakit menjadi sehat, dari yang tidak mampu menjadi mampu, dan dari yang kecil menjadi besar.

Pertama kali Tuhan Allah menciptakan dunia ini beserta isinya dan alam semesta adalah dengan memperkatakan Firman: “Jadilah….”, maka semuanya itu tercipta. Setiap pelayanan Yesus sewaktu Dia menjadi manusia selalu memperkatakan Firman Tuhan. Ketika Dia dicobai oleh iblis, yang keluar dari mulutNya adalah Firman Tuhan. Oleh karena FirmanNya itulah, siasat si iblis dapat dikalahkan.

Tuhan adalah Pencipta, dengan FirmanNya hidup kita dapat diciptakan seturut dengan kehendakNya. Oleh karena itu, perkatakanlah Firman Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, bahkan dalam keadaan seperti kehilangan harapan sekalipun. Tanpa kita sadari, Firman yang kita perkatakan akan bekerja secara ajaib (supranatural), membentuk, menciptakan, mengubahkan keseluruhan hidup kita sesuai dengan rencanaNya.

Hal yang menjadi halangan berkat Tuhan:
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. ” Yak 3:9-12

Perkataan-perkataan yang negatif akan membentuk hal-hal yang negatif juga dalam kehidupan kita. Masalah yang kita alami sehingga membuat kita merasa tidak mampu, kelelahan, putus asa, kecewa, marah dan hilang pengharapan dapat membuat kita mengeluarkan kata-kata yang negatif dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini tidak akan membuat masalah kita menjadi selesai, tetapi dapat memperburuk keadaan. Kata-kata negatif yang keluar dari mulut kita dapat menjadi kutuk atas kehidupan kita bahkan kutuk bagi orang lain jika diucapkan terhadap orang lain. Kutuk ini akan mengikat hidup kita sehingga kita tidak bisa memperoleh berkat yang sudah Tuhan sediakan bagi kita. Tapi tentunya kutuk ini juga dapat dilepaskan di dalam nama Yesus Kristus.

Kisah bangsa Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun merupakan pelajaran bagi kita semua sebagai umatNya. Kita banyak melihat sungut-sungut bangsa Israel sehingga mendatangkan murka Tuhan. Bahkan hampir seluruh generasi Musa tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Ini semua akibat ulah bangsa Israel yang menggerutu atas keadaan yang mereka alami dan tidak percaya akan janji Tuhan.

Ucapkanlah hal-hal positif, perkatakanlah Firman Tuhan dan mengucap syukur DALAM segala hal. Dalam keadaan seburuk apapun, kita harus tetap mengendalikan lidah kita agar tidak mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kutuk atas hidup kita.
Tetap perkatakan Firman Tuhan dalam segala keadaan, maka Dia akan mengambil alih hidup kita dan memberikan jalan keluar atas segala masalah yang kita hadapi. Dan kita akan melihat janji Tuhan digenapi dan berkatNya mengalir dalam kehidupan kita.

.“Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. ” Ams 10:11

“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. ” Ams 15:4

“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. ” Ams 21:23
Adaptasi seperlunya dari PelitaHidup.com

Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Memenangkan Ujian Iman?



“Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” ” Ibrani 11:17-18

Abraham mendapat janji Tuhan yang begitu luar biasa. Tuhan berjanji bahwa keturunannya akan menjadi banyak dan tidak terhitung seperti bintang-bintang di langit dan pasir di tepi laut (Kej 15:5-6). Tuhan memberikan janji itu walaupun Abraham belum mempunyai anak sama sekali. Dan ketika anaknya Ishak telah lahir, Abraham menaruh harapan yang begitu besar kepada anak ini. Dia sangat yakin sekali bahwa melalui anak inilah keturunannya akan menjadi banyak. Ishak merupakan seorang anak yang begitu berharga dalam hidupnya.

Tetapi sekali lagi Tuhan menguji pengharapan Abraham dengan memintanya untuk mengorbankan Ishak, dengan kata lain Abraham harus membunuh anaknya untuk menjadi korban persembahan bagi Tuhan.Hal ini bukanlah suatu hal yang mudah. Melalui ujian ini Abraham dapat keluar menjadi pemenang (Rm 4:3).

Begitu banyak ujian-ujian iman yang sering kita hadapi dalam langkah hidup kita. Ujian dapat datang baik dalam pekerjaan kita, usaha/bisnis, studi, keluarga, rumah tangga, keuangan, pelayanan dan lain sebagainya. Sikap kita dalam menghadapi ujian-ujian tersebut akan menentukan apakah kita akan keluar menjadi pemenang.


Berikut 3 cara yang harus kita lakukan untuk dapat memenangkan ujian iman:
1. Taat

“Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran …… Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, …….. lalu berangkatlah ia dan pergi ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. ” Kej 22:2-3
Abraham memilih untuk taat kepada apa yang Tuhan firmankan. Dia tidak berargumen atau memberi alasan atas perintah yang diberikan. Dia bahkan tidak mau memikirkan apa yang akan terjadi jika dia melakukan perintah tersebut.

Tuhan sering menyampaikan pesanNya melalui masalah yang diizinkan dalam hidup kita. Jika Tuhan berbicara kepada kita baik melalui FirmanNya atau hambaNya, biarlah kita senantiasa taat dan melakukan perintahNya. Jangan biarkan akal pikiran kita menghalangi perbuatan kita untuk melakukan FirmanNya. Seringkali apa yang Tuhan perintahkan berlawanan dengan sifat-sifat dunia ini. Tanyalah kepada Tuhan apa yang Dia inginkan dalam kehidupan kita melalui masalah yang kita hadapi. Cari jawabanNya melalui Firman Tuhan. Lakukan apa yang telah difirmankan Tuhan bagi kita. Jika kita taat melakukan perintahNya, maka kita akan melihat perbuatanNya yang ajaib dalam kehidupan kita.

2. Rela Berkorban

“Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya.” Kej 22:10
Ishak merupakan anak perjanjian antara Tuhan dan Abraham. Melalui Ishak-lah keturunan Abraham akan menjadi banyak dan tidak terhitung. Oleh karena itu Ishak merupakan anak yang begitu berharga bagi Abraham. Tetapi melalui ujian ini Tuhan menuntut Abraham untuk melepaskan hal yang begitu berharga dalam hidupnya. Abraham harus melepaskan haknya.

Begitu banyak masalah yang diizinkan Tuhan dalam hidup kita untuk menguji iman kita. Tidak sedikit di antaranya yang menuntut pengorbanan dari sesuatu yang begitu berharga dalam hidup kita. Tidak mudah juga bagi kita untuk melepaskan apa yang menjadi hak dalam hidup kita. Tetapi kita melihat bahwa apa yang seharusnya menjadi hak bagi Abraham, dia lepaskan demi Tuhan Allahnya.

Yesus juga melepaskan kenyamanan-Nya dan turun menjadi manusia, bahkan rela mati di atas kayu salib demi menebus manusia dari kuasa dosa dan kuasa maut. Teladan yang telah diberikan oleh Yesus menjadi suatu hal yang harus kita lakukan juga dalam hidup kita. Proses pemurnian (pengudusan) dalam hidup kita akan terus kita jalani hingga kita mencapai kepada kesempurnaan. Lepaskan segala kekerasan hati, amarah, dendam, sakit hati, dan kekecewaan yang ada dalam hati kita. Ampuni orang-orang yang telah menyakiti hati kita, menghina, memfitnah bahkan merendahkan kita.

Tidak mudah untuk melepaskan semuanya itu. Harga diri cenderung akan kita pertahankan dibanding melepaskan pengampunan. Tetapi ketika kita mau melepaskannya, sama dengan Yesus yang dimuliakan dan ditinggikan Allah Bapa setelah menjalani tugasnya di dunia ini, maka Tuhan juga akan memuliakan dan meninggikan hidup kita ketika kita mau rela berkorban sesuai dengan kehendak Bapa di Surga.


3. Iman Percaya
“Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.” Ibr 11:19

Abraham begitu yakin bahwa Allahnya akan menyediakan apa yang dia butuhkan. Dia sangat percaya kepada Tuhan dan dia menaruh iman percayanya sepenuhnya kepada Tuhan.
“Sahut Abraham: “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama.” Kej 22:8

Ketika ujian datang dalam hidup kita, Tuhan ingin agar kita menyandarkan pengharapan kita sepenuhnya kepada Dia. Percaya 100% kepada kuasa Tuhan dan tidak meragukan akan kebesaran kuasaNya. Mungkin ada masalah dalam pekerjaan kita, keuangan, keluarga, rumah tangga, pelayanan dan lainnya; tetapi ketika kita berserah kepada Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan yakin bahwa Dia akan memberikan jalan keluar bagi kita, maka kita akan melihat jawaban yang telah Tuhan sediakan bagi kita.

Kemustahilan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit, rumah tangga yang telah hancur berantakan, keuangan yang sudah morat-marit sehingga mencapai ambang kebangkrutan, itu semua bukanlah akhir dari segalanya. Yesuslah jawaban. Dialah Allah yang menyediakan segala jawaban yang kita butuhkan, Dialah Yehova Jireh (=Tuhan yang menyediakan; Kej 22:14). Sandarkan iman percaya kita sepenuhnya kepada Allah, maka tidak ada yang mustahil bagi kita yang percaya kepadaNya.

Ketaatan, pengorbanan dan iman percaya akan membawa kita melewati ujian-ujian dengan kemenangan yang Tuhan berikan. Tidak ada perintah yang terlalu susah dari Tuhan, tidak ada masalah yang terlalu berat di hadapan Tuhan, dan tidak ada hal yang mustahil bagi setiap orang yang percaya kepadaNya. Hadapi ujian imanmu dengan penuh ketaatan, pengorbanan dan iman percaya. Mujizat pasti terjadi!

1 Kor 2:9

Ef 3:20-21
Adaptasi seperlunya dari PelitaHidup.com

Minggu, 18 Oktober 2009

Cara Memperoleh Hikmat Dari Tuhan


“Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” 1 Raja-raja 3:9



Ayat di atas merupakan permintaan Salomo kepada Tuhan ketika Tuhan memberi kesempatan kepadanya untuk meminta sesuatu kepadaNya. Karena masih muda dan belum berpengalaman, Salomo meminta hikmat untuk memimpin bangsa Israel. Tuhan mengabulkan permintaan Salomo dan bahkan memberikan bonus kepadanya yaitu kekayaan, kemuliaan dan umur yang panjang.


Dalam kehidupan kita sebagai umatNya, kita memerlukan hikmat dari Tuhan agar kita senantiasa berjalan di dalam rencanaNya. Berbagai masalah yang datang memerlukan keputusan yang tepat agar kita tidak salah langkah.


Bagaimana cara memperoleh hikmat yang dari Tuhan ?


Takut akan Tuhan

“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan” Ams 1:7

Salomo hidup mengikuti ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (1 Raj 3:3). Apa yang dijalani Daud semasa hidupnya, pergumulannya, kesesakan, kejatuhan dalam dosa, bahkan kemenangan demi kemenangan yang diraihnya, semuanya itu dijalani dengan memiliki hati yang berkenan di hadapan Allah( hati yang mau bertobat dan bangkit dari kegagalan). Dan semuanya itu diajarkan kepada anaknya Salomo. Kehidupan yang takut akan Tuhan mendatangkan hikmat bagi Salomo. Seiring dengan bertambahnya waktu, hikmat yang Tuhan berikan kepada Salomo semakin terasah dan makin tajam. Terbukti dari kitab-kitab yang berisi tulisan Salomo (Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung). Begitu luar biasa hikmat yang turun atas Salomo. Ini semua dimulai dari sikap hati yang takut akan Tuhan, hormat akan Tuhan, dan tunduk akan Tuhan.



Taati apa yang menjadi perintah-perintahNya. Lakukan semua firmanNya.



Berjalan dalam Roh

“Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” Rom 8:9

Roh Kudus merupakan penolong bagi kita (Yoh 14:16-17). Roh Kudus dicurahkan untuk menjadi penuntun bagi umat Tuhan. Dengan hidup mengandalkan Roh Tuhan-lah kita dapat mengerti apa yang menjadi rencanaNya. Kita harus belajar hidup dalam Roh dan berjalan dalam Roh. Dengan mengalir mengikuti tuntunan Roh Kudus, maka hikmat Tuhan juga akan mengalir tepat pada saat dibutuhkan. Pada saat masalah datang dan pada saat pilihan harus dilakukan, maka saat itulah Roh Kudus akan membantu kita dengan memberikan hikmat tentang apa yang harus kita perbuat atau apa yang harus kita lakukan.

Latih kepekaan untuk hidup dalam Roh. Perbanyak jam doa dan pelajari firman Tuhan.


Dengan takut akan Tuhan dan hidup berjalan dalam Roh, maka hikmat dari Tuhan akan mengalir dalam kehidupan kita. Pola pikir kita akan dibaharui dan menjadi semakin bijaksana dalam Tuhan. Banyak orang akan diberkati melalui kehidupan kita.

sumber: Pelitahidup.com 
adaptasi secukupnya


Kecewa Kepada Allah



oleh: Pdt. DR. STEPHEN TONG

Artikel ini ditranskrip dari renungan yang disampaikan pada Persekutuan Doa Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) dan Institut Reformed hari Selasa, tanggal 16 Februari 1999


Dua hari yang lalu dalam suatu kesempatan yang baik, saya bertemu dengan dua orang saudara saya, Pdt. Dr. Caleb Tong dan Pdt. Dr. Joseph Tong. Saya menjemput mereka di bandara dan waktu di bandara seseorang datang kepada saya dan bertanya, “Pak Stephen ya?” Saya bilang, “Ya.” Kami berjabat tangan. “Anda ikut kebaktian di mana?” Saya bertanya padanya dan dia menjawab, “Ya, dulu pernah satu dua kali mendengar khotbah Pak Stephen Tong. Kemudian saya ke gereja-gereja yang lain. Sesudah itu keliling sini, keliling sana, tidak menetap.” Lalu saya bertanya, “Sekarang ke gereja mana?” Jawabannya, “Tidak ke gereja.” Saya bertanya, “Sekarang tidak ke gereja?” Dia merokok dengan satu tangannya ditaruh di belakang. Asap rokoknya terus mengepul seraya berbicara dan ngomong dengan saya. Saya rasa dia sudah melarikan diri dari Tuhan. Lalu saya bertanya, “Mengapa tidak ke gereja?” Dia menjawab, “Kecewa.” “Kecewa dengan siapa?” tanya saya. “Terus terang kecewa kepada Tuhan,” setelah mengatakan kalimat itu, dia lalu pergi.

Saya tidak habis-habisnya memikirkan kalimat itu. Berhakkah? Berhakkah manusia yang dicipta kecewa terhadap Sang Penciptanya? Ini yang menjadi pemikiran saya. Who are we? We think we deserve the right to claim we are disappointed by God. Siapakah kita yang berhak mengatakan, “Aku dikecewakan oleh Tuhan. Aku kecewa terhadap Tuhan.”

Kalimat ini membuat saya memutar pikiran sepanjang satu hari itu. Theologi apakah ini? Theologi ajaran apakah yang mengajar manusia, sehingga berani mengatakan, “Allah mengecewakan saya.” Kalau Allah mengecewakan seseorang, hanya karena beberapa sebab, yaitu: Pertama, Allah berutang kepada saya dan Dia lupa bayar, maka saya kecewa. Kedua, Allah menipu saya, akhirnya saya dirugikan, maka saya kecewa. Ketiga, Allah berjanji sesuatu, akhirnya Dia tidak melunaskannya, sehingga saya kecewa. Tiga presuposisi ini, semuanya tidak memiliki dasar Alkitab. Allah tidak pernah berutang kepada manusia. Theologi yang benar mengatakan, manusia berutang kemuliaan Allah dan tidak bisa membayar sendiri. Yang seharusnya dikatakan adalah kitalah yang mengecewakan Tuhan, bukan Tuhan yang mengecewakan kita. Allah tidak pernah menjanjikan sesuatu yang Dia sendiri tidak melunaskannya, kecuali janji itu adalah semacam tafsiran manusia dan "misleading" (penyesatan) dari orang yang salah mengerti Alkitab. Jadi, Allah tidak berutang kepada saya, Allah tidak sembarang berjanji kepada saya, Allah tidak mungkin menipu saya.

Jika demikian apakah penyebabnya? Penyebab pertama adalah adanya pengkhotbah-pengkhotbah yang memberikan tafsiran yang salah terhadap ayat-ayat Alkitab. Misalnya, yang percaya kepada Tuhan pasti dapat kekayaan, pasti dapat hidup yang subur, makmur di dalam materi. Yang percaya kepada Tuhan pasti tidak ada marabahaya, penyakit, kesulitan, dan kemiskinan. Misalnya lagi, jikalau engkau memberikan persembahan, Tuhan akan mengembalikan sepuluh kali lipat ganda. Apakah saudara pernah mendengar khotbah semacam ini? Hal ini terjadi sejak kira-kira 25 tahun yang lalu, selangkah demi selangkah merambat masuk ke dalam mimbar-mimbar gereja yang tidak bertanggung jawab. Tetapi setiap statement yang tidak benar, bisa juga mendapatkan tunjangan dari Kitab Suci. Jadi ada ayat-ayat yang sepertinya mendukung statement itu, karena dimengerti secara fragmentaris, dan bukan secara totalitas. Karena mengambil ayat sebagian-sebagian lalu mengkhotbahkannya, sangat mungkin terjadi misleading bagi orang lain yang mendengarnya.

Kedua, pengertian yang tidak membandingkan antara satu ayat dengan ayat yang lain, mengakibatkan tidak diperolehnya prinsip total Kitab Suci. Mengambil suatu keputusan melalui bagian-bagian, lalu membuat statement. Hal ini sangat membahayakan. Saudara sebagai pengkhotbah, sebagai pemimpin gereja, sebagai pembawa firman, sebagai pemberita kehendak Tuhan, harus menghindarkan diri dari hal-hal semacam itu.

Saya percaya, bukan dia saja, mungkin seluruh Indonesia berani mengatakan, “Aku kecewa terhadap Tuhan.” Mungkin sudah puluhan juta orang pernah mempunyai ajaran salah yang menuju pada konklusi bahwa Allah menipu dia, Allah tidak melunaskan janji-Nya, Allah berutang kepada dia sehingga dia berani mengatakan, “Saya kecewa kepada Tuhan.”

Tahun 1965, kalau saya tidak salah ingat, gunung Agung meletus di Bali. Lavanya mengalir begitu cepat, sehingga banyak orang yang tidak sempat mengungsi, mendadak terkena lava. Pada waktu itu saya berada di Bandung, lalu seorang wartawan datang kepada saya, “Pak Stephen, bolehkah saya tunjukkan kira-kira 180 foto yang saya ambil dengan cepat pada waktu orang-orang terkena lava itu?” Saya sedang makan ketika wartawan itu datang dan duduk di samping saya. Waktu saya melihat foto-foto tersebut, rasanya saya ingin
muntah. Ada orang yang sedang tidur, lavanya datang dan saat itu juga separuh badannya menjadi tulang, dan separuhnya masih daging. Di tengah-tengah sambungan antara daging dan tempat tulang itu, ada satu garis putih yang besar dan bengkak, seperti kulit babi yang digoreng jadi rambak/krupuk. Bagian yang terkena api panas itu langsung melembung. Satu bagian masih daging biasa, bagian yang lain, matang menjadi seperti rambak. Meskipun saya mau muntah tapi saya dikejar oleh kuriositas, jadi satu per satu foto tersebut saya lihat sambil mau mengeluarkan air mata, sambil mau menangis, sambil mau berteriak, tetapi tidak bisa. Namun ada beberapa foto yang menggugah theologi saya, yaitu lava yang sudah dekat kira-kira tiga meter lagi, dan dalam beberapa detik akan terkena lava, tetapi orang tersebut tidak lari, ia sedang berlutut berdoa kepada dewa. Waktu saya lihat, saya berpikir, “Wah! Ini begitu beda dengan orang Kristen. Mengapa ada orang Kristen pada hari lancar, dia berani berdosa. Sedikit rugi, langsung mencaci maki Tuhan Allah. Mengapa orang kafir waktu mereka menghadapi kecelakaan, mereka tidak memaki-maki dewa mereka. Mereka minta pertolongan dewa, jangan sampai memusnahkan mereka. Mereka mengaku kesalahan, mengaku dosa.” Pemikiran ini terus mempengaruhi saya sampai sekarang, sudah lebih dari 30 tahun.

Pemikiran itu adalah, Why?...Why? ... What causes that? What causes it to be like that? Apa salahnya pemberitaan kita? Apa salahnya khotbah kita, sehingga anggota kita selalu merasa dia sepatutnya menerima anugerah Tuhan dan tidak boleh dirugikan apapun oleh Tuhan, kalau tidak, Allah harus dicela, dimaki, dipersalahkan, dan akhirnya dia keluar dari gereja.

Lalu dari situ, pemikiran saya mulai berkembang pada the theology of suffering, the theology of worship, the theology of understanding grace, theology of resistant to the tribulation. Berkembanglah begitu banyak pemikiran saya semenjak melihat 180 foto tersebut. Mengapakah orang-orang Asia dengan sedikit kesulitan, meninggalkan gereja, keluar dari gereja? Mengapa orang Yahudi yang dibantai, dibunuh dengan gas, dihancurkan hidupnya, enam juta setengah jiwa, di dalam holocaust, tetapi mereka tetap menyembah Allah, tetap takut kepada Tuhan dan mereka tidak pernah meninggalkan iman mereka? Jadi, what's wrong? Apa yang salah di dalam pemberitaan kekristenan? Jawaban saya adalah satu kalimat, “Kita lebih suka memberitakan Allah itu kasih adanya, mengobral murah kasih Allah daripada berani mengkhotbahkan Allah itu suci dan adil, Dia akan menghakimi dosa seluruh dunia.”

Dari konklusi ini, pemikiran saya berkembang lagi, di manakah hamba-hamba Tuhan yang berani menyatakan tahta kemarahan Tuhan, keadilan Tuhan, kesucian Tuhan, untuk mengingatkan bangsa dan zaman ini? Semakin lama semakin sedikit. Tetapi pendeta yang berusaha memberikan injil palsu supaya gerejanya bertumbuh, supaya lebih banyak orang mendengar khotbahnya dengan kalimat, “Percayalah Tuhan, semua penyakit akan disembuhkan, semua kesulitan diatasi, semua akan diberikan kepada engkau” begitu banyak sekali, bahkan di dalam aliran Pentakosta dan Karismatik sudah teracun satu pikiran: dengan banyak mujizat yang dilihat, orang akan beriman.

Namun hari ini saya akan menunjukkan dua prinsip. Prinsip pertama, Yohanes Pembaptis tidak pernah melakukan satu mujizat pun, namun banyak orang yang percaya melalui dia. Karena sifat lurus, jujur, berani, dan tidak mau dipengaruhi oleh dosa sehingga dia berkhotbah dengan kuasa luar biasa. Itu catatan Alkitab. Yohanes tidak pernah melakukan satu mujizat pun, tetapi yang percaya karena dia banyak sekali. Kedua, Islam adalah satu agama yang tidak pernah mengembangkan anggota mereka melalui daya tarik mujizat. Tidak pernah hal itu terjadi. Pada zaman filsuf David Hume, one of the greatest scepticist in the history of human philosophy, ia mengatakan bahwa salah satu sebab yang dipakai oleh orang Kristen untuk membuktikan agama Kristen sebagai satu-satunya agama yang sah adalah tidak adanya mujizat pada agama lain, tetapi hanya ada pada agama Kristen dan dimuat di dalam Kitab Suci. Tetapi cara dia melawan kekristenan justru dengan pertanyaan pernahkah mujizat yang dicatat dalam Kitab Suci orang Kristen, terjadi? Itupun belum bisa dibuktikan. Maka memakai bukti bahwa Kristen ada mujizat maka Kristen itu sah, pada hakekatnya tidak pernah mempunyai dukungan bukti. Apakah yang dicatat dalam Kitab Suci sungguh-sungguh pernah terjadi? Jadi dia menjadi scepticist. Itu namanya to destroy from the foundation the seeking of Christian foundation.

Orang Kristen pada zaman itu selalu memakai fondasi-fondasi yang salah yang sebenarnya bukan fondasi untuk membangun iman. Kalau kita membiasakan diri menjadi pemberita, hoki, fat choi, property, kesuksesan sebagai imbalan kalau percaya kepada Tuhan, maka kita akan menciptakan orang-orang yang akhirnya melarikan diri dari kekristenan dengan kalimat, “Aku tidak lagi ke gereja karena aku kecewa kepada Tuhan.” Saudara seharusnya mempersiapkan diri menjadi hamba Tuhan yang bertanggung jawab dalam pemberitaan firman, sehingga anggotamu selalu menuntut, “Saya jangan menipu Tuhan, saya jangan berutang kepada Tuhan, saya harus menepati apa yang saya janjikan kepada Tuhan.” Dan bukan berkata, “Tuhan berutang kepada saya, Tuhan menipu saya, apa yang Tuhan janjikan, tidak saya dapatkan, maka saya berhak melawan dan kecewa kepada Dia.” Kiranya renungan pendek ini menjadi kekuatan bagi kita untuk menegakkan kembali kebenaran di dalam zaman ini.



Sumber: Majalah MOMENTUM No. 39 – Maret 1999



Diambil dari:
http://www.geocities.com/thisisreformed (webmaster: Sonny Prayitno)

Rabu, 14 Oktober 2009

Miliki Perkataan yang Mendatangkan Berkat Kehidupan


“Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.” Amsal 18:21


Mengiring Yesus dalam kehidupan umat Tuhan senantiasa penuh dengan masalah dan problema. Semua pencobaan yang datang dalam hidup kita diijinkan oleh Tuhan untuk dapat membentuk kita semua hingga mencapai kepada kesempurnaan. Ketika kita bertobat dan menerima Yesus sebagai juruselamat kita, masih banyak hal dalam kehidupan kita yang tidak berkenan di hadapanNya. Semua hal yang tidak berkenan ini dalam hidup kita ini tentunya akan menghalangi kita untuk menerima berkat dari Tuhan.Salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah perkataan yang kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Dan lihat saja kapal-kapal, walaupun amat besar dan digerakkan oleh angin keras, namun dapat dikendalikan oleh kemudi yang amat kecil menurut kehendak jurumudi. Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar.” Yak 3:4-5a

Firman Tuhan mengatakan bahwa apa yang kita ucapkan dapat mengendalikan keseluruhan hidup kita bagaikan sebuah kemudi yang kecil dapat mengendalikan arah dan tujuan sebuah kapal yang besar.Perkataan yang positif akan memberikan dampak yang positif juga bagi hidup kita, apalagi jika kita memperkatakan Firman Tuhan. Firman Tuhan akan membentuk kehidupan kita dari yang tidak ada menjadi ada, dari yang tidak tahu menjadi berhikmat, dari yang tidak punya menjadi punya, dari yang sakit menjadi sehat, dari yang tidak mampu menjadi mampu, dari yang kecil menjadi besar.

Pertama kali Tuhan Allah menciptakan dunia ini beserta isinya dan alam semesta adalah dengan memperkatakan Firman: “Jadilah….”, maka semuanya itu tercipta.Setiap pelayanan Yesus sewaktu Dia menjadi manusia selalu memperkatakan Firman Tuhan. Ketika Dia dicobai oleh iblis, yang keluar dari mulutNya adalah Firman Tuhan. Oleh FirmanNya itulah siasat si iblis dapat dikalahkan.

Tuhan adalah pencipta, dengan FirmanNya hidup kita dapat diciptakan seturut dengan kehendakNya. Oleh karena itu, perkatakanlah Firman Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, bahkan dalam keadaan kehilangan harapan sekalipun. Tanpa kita sadari, Firman yang kita perkatakan akan bekerja secara ajaib (supranatural), membentuk, menciptakan, mengubahkan keseluruhan hidup kita sesuai dengan rencanaNya.

Hal yang menjadi halangan berkat Tuhan:
“Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama? Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar. ” Yak 3:9-12

Perkataan-perkataan yang negatif akan membentuk hal-hal yang negatif juga dalam kehidupan kita. Masalah yang kita alami sehingga membuat kita merasa tidak mampu, kelelahan, putus asa, kecewa, marah dan hilang pengharapan dapat membuat kita mengeluarkan kata-kata yang negatif dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Hal ini tidak akan membuat masalah kita menjadi selesai, tetapi dapat memperburuk keadaan. Kata-kata negatif yang keluar dari mulut kita dapat menjadi kutuk atas kehidupan kita bahkan kutuk bagi orang lain jika diucapkan terhadap orang lain. Kutuk ini akan mengikat hidup kita sehingga kita tidak bisa memperoleh berkat yang sudah Tuhan sediakan bagi kita. Tapi tentunya kutuk ini juga dapat dilepaskan di dalam nama Yesus Kristus.

Kisah bangsa Israel yang mengembara di padang gurun selama 40 tahun merupakan pelajaran bagi kita semua sebagai umatNya. Kita banyak melihat sungut-sungut bangsa Israel sehingga mendatangkan murka Tuhan. Bahkan hampir seluruh generasi Musa tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Ini semua akibat ulah bangsa Israel yang menggerutu atas keadaan yang mereka alami dan tidak percaya akan janji Tuhan.

Ucapkanlah hal-hal positif, perkatakanlah Firman Tuhan dan mengucap syukur atas segala hal. Dalam keadaan seburuk apapun, kita harus tetap mengendalikan lidah kita agar tidak mengucapkan kata-kata yang mendatangkan kutuk atas hidup kita. Tetap perkatakan Firman Tuhan dalam segala keadaan, maka Dia akan mengambil alih hidup kita dan memberikan jalan keluar atas segala masalah yang kita hadapi. Dan kita akan melihat janji Tuhan digenapi dan berkatNya mengalir dalam kehidupan kita.

.“Mulut orang benar adalah sumber kehidupan, tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman. ” Ams 10:11
“Lidah lembut adalah pohon kehidupan, tetapi lidah curang melukai hati. ” Ams 15:4
“Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. ” Ams 21:23

PelitaHidup.com


Sabtu, 10 Oktober 2009

CARA PANDANG TERHADAP BEBAN HIDUP


Bukan berat Beban yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul
beban tersebut.
Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey
mengangkat segelas
air dan bertanya kepada para siswanya: "Seberapa berat menurut anda kira
segelas air ini?"

Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr."Ini bukanlah masalah
berat absolutnya,
tapi tergantung berapa lama anda memegangnya." kata Covey.

"Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya
memegangnya selama 1
jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1
hari penuh, mungkin anda
harus memanggilkan ambulans untuk saya.Beratnya sebenarnya sama, tapi
semakin lama saya
memegangnya, maka bebannya akan semakin berat."

"Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan
mampu membawanya
lagi. Beban itu akan meningkat beratnya." lanjut Covey.    "Apa yang
harus kita lakukan adalah
meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi".
Kita harus meninggalkan
beban kita secara periodik, agar kita dapat lebih segar dan mampu
membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban
pekerjaan. Jangan bawa
pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok. Apapun beban yang ada
dipundak anda hari ini, coba
tinggalkan sejenak jika bisa. Setelah beristirahat nanti dapat diambil
lagi.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya...!! Hal
terindah dan terbaik
di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
di relung hati kita.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
Start the day with smile and have a good day........
cerita-kristen.com

Kamis, 01 Oktober 2009

Memiliki Hati Yang Dipandang Oleh Tuhan


“Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.“ ” 1 Samuel 16:7
Bacaan : 1 Samuel 16: 1-13



Ketika Tuhan mengutus Samuel untuk mengurapi salah satu anak Isai untuk menjadi Raja Israel, Tuhan tidak memberi tahu sebelumnya anak yang mana yang harus diurapi. Ketika Samuel melihat anak Isai yang gagah perkasa, maka Samuel langsung mengambil kesimpulan bahwa anak itulah yang cocok menjadi raja. Tetapi ternyata Tuhan berfirman lain.

Tuhan mengingatkan Samuel untuk tidak melihatnya secara fisik, tetapi lebih kepada hatinya, karena Tuhan sendiri juga melihat apa yang ada dalam hati manusia. Bahkan kita mengetahui cerita ini bahwa Daud-lah yang dipilih Tuhan untuk diurapi menjadi Raja Israel. Padahal pada saat itu Daud masih muda sekali dan tidak memiliki penampilan seperti seorang calon Raja.


Kecenderungan manusia selalu menilai dari apa yang kelihatan oleh mata, baik itu fisik, posisi/jabatan, harta kekayaan, hubungan sosial dan lainnya. Oleh karena itu juga manusia cenderung untuk melakukan sesuatu agar bisa diterima oleh lingkungannya. Bahkan sebagian orang rela untuk menghalalkan segala cara agar mereka menjadi orang yang bisa “dilihat/dipandang” oleh lingkungannya. Mereka ingin diakui keberadaannya.
Bukan demikian ketika kita sudah mengenal Yesus. Tuhan mau agar kita tidak menetapkan standar secara apa yang kelihatan oleh mata. Bahkan kita tidak perlu bersaing untuk mendapatkan “pengakuan” oleh lingkungan kita yang duniawi.

“Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka...... Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.” (Yak 2:1, 9)

“Sebab Allah tidak memandang bulu.” Rom 2:11

Tuhan yang kita sembah bukanlah Tuhan yang memandang muka dan membeda-bedakan wajah, status dan keadaan kita. Dan kalau kita benar-benar menjaga hati kita di hadapan Tuhan, maka Dia yang setia dan adil akan melihat segala perbuatan kita.


“Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.” Maz 84:12b

Dia tidak akan menahan kebaikannya bagi setiap orang yang bersungguh hati kepadaNya. Bahkan promosi sekalipun datangnya dari Tuhan, “TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia” Ul 28:13.


Bahkan segala kekurangan dan kesalahan yang diperbuat di masa lampau juga tidak boleh dijadikan halangan bagi kita untuk datang kepadaNya. Tuhan sendiri juga tidak memilih siapa saja yang boleh datang kepadaNya, apakah dia itu pendeta atau aktivis saja, tetapi Tuhan menerima setiap orang yang mau datang kepadaNya. TanganNya selalu terbuka. Keadaan kehidupan yang penuh dosa juga hendaklah diakui di hadapanNya, dan berserah sepenuhnya kepada Yesus.


“Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 8:38-39)

Sumber: PelitaHidup.com


Terlepas dari Beban Berat


terjemahan ITB (Bahasa Indonesia Terjemahan Baru):
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu
terjemahan BIS(Bahasa Indonesia Sehari-hari): Datanglah kepada-Ku kamu semua yang lelah, dan merasakan beratnya beban; Aku akan menyegarkan kamu.
(Mat 11:28)

Pada zaman sekarang kesibukan manusia semakin meningkat. Waktu terus berputar tanpa disadari. Hari berlalu demikian cepat, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Beban yang dipikul dari setiap permasalahan membuat otak terus bekerja tiada henti. Tekanan demi tekanan datang pada setiap manusia. Tidak ada seorangpun yang tidak menghadapi masalah. Beban pikiran yang sangat berat membuat manusia mencari jalan keluar untuk meringankan beban mereka. Hiburanpun dicari mulai dari hiburan untuk keluarga, jalan-jalan ke mall hingga mencari hiburan di malam hari. Tidak sedikit yang masuk ke dalam kehidupan malam dan pergaulan seks bebas yang tentunya bertentangan dengan firman Tuhan. Apa yang mereka dapatkan hanyalah kenikmatan sesaat yang akan hilang ketika mereka kembali kepada realita kehidupan. Kesenangan yang didapatkan tidak bisa melepaskan mereka dari tekanan yang dihadapi. Bahkan masalah menjadi lebih berat ketika mereka jatuh ke dalam dosa dengan terlibat pada obat-obatan terlarang, kecanduan minuman keras, dosa perzinahan dan masih banyak lagi.

Dalam kitab Matius 11 Tuhan memberikan jalan keluar bagi setiap orang yang mempunyai beban kehidupan yang sangat berat. Apakah yang harus dilakukan agar kita dapat mendapat kelepasan ?

1. Datang kepada Tuhan
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu Mat 11:28
Ketika kita ingin mendapat kelepasan dengan mencari kesenangan atau hiburan dari dunia, kita hanya akan mendapatkan ketenangan sesaat saja. Setelah itu beban berat akan datang kembali. Beban yang ada hanya akan hilang pada waktu kita mencari kesenangan dunia. Tidak ada yang dapat memberi kelepasan yang kekal selain Tuhan Yesus.
Pada saat kita datang kepada Tuhan, Dia akan mencurahkan damai sejahtera-Nya bagi kita. Damai yang Tuhan berikan tidak dapat diberikan oleh dunia ini.

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus Fil 4:7

Damai dari Tuhan akan menjaga hati dan pikiran kita dari tekanan yang ada. Kita akan merasakan kelepasan yang luar biasa ketika kita datang padaNya.

2. Minta kekuatan dari Tuhan
Berpalinglah kepadaku dan kasihanilah aku, berilah kekuatan-Mu kepada hamba-Mu Maz 86:16a
Mintalah kekuatan dari Tuhan untuk menjalani hari-hari kehidupan kita. Berserulah kepadaNya. “Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau” Yer 33:3a

Kekuatan baru Tuhan berikan bagi kita jika kita berdoa dan berseru kepadaNya. Kita memerlukan kekuatan yang baru untuk menghadapi setiap masalah kita. Janganlah mengandalkan kekuatan kita sendiri (Yer 17:5-6), karena kita bukanlah manusia super.
Yeremia
17:5
Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!
17:6
Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.

Pererat hubungan kita dengan Tuhan, karena di dalam Dia ada kekuatan baru.
Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” Yes 40:29-31

Ketika anda menghadapi beban dan tekanan yang sangat berat, mari datang dan cari wajahNya. Jangan cari kelepasan semu dari dunia ini, karena dunia ini hanya dapat memberikan kesenangan sesaat saja. Tuhanlah yang Empunya damai sejahtera, datang dan berserulah kepadaNya.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan (Mat 11:29-30)


sumber : PelitaHidup.com